logo

Wound Care Clinician saat Pandemic Covid-19

Wound Care Clinician saat Pandemic Covid-19

Wound Care Clinician saat Pandemic Covid-19

Seluruh Indonesia sedang berjuang melawan COVID-19, demikian juga dengan para praktisi perawatan luka di garda depan komunitas. Memenuhi kebutuhan sebagian masyarakat yang mengalami masalah perawatan luka, khususnya luka kaki diabetes menjadikan praktik perawatan luka diseluruh Indonesia tidak dapat begitu saja mengikuti anjuran pemerintah untuk membatasi atau menutup pelayanan di klinik. Pasien luka diabetic memerlukan perawatan jangka panjang dan tidak dapat berhenti dengan tiba-tiba. Kondisi ini tentu saja merupakan masalah tak terduga dan mendasar dalam hal penyediaan ekstra terhadap alat perlindungan diri, kesiapan petugas menghadapi pandemic dan kesiapan supply alat dan bahan perawatan. 

MENGHADAPI COVID-19. Pandemi Covid-19 merupakan bencana yang tidak saja memporak-porandakan struktur negara, tapi juga mampu membuat para praktisi perawatan luka di lapangan terutama komunitas terhenyak kaget dalam menghadapi situasi yang terlalu tiba – tiba dan mengharuskan segera bangun mengambil sikap. Kejadian bermula dari pengakuan pasien dan keluarga yang menyatakan dirinya ODP. Langkah antisipasi sedang dikerjakan, namun COVID-19 sudah hadir didepan dan membutuhkan penanganan saat itu juga. Hal ini tentu saja merupakan situasi yang pelik dan penuh dengan dilema sehingga dengan peralatan APD sederhana  pasien dikerjakan sambil  terus berdoa agar terhindar dari malapetaka. Urgensi terhadap antisipasi tatalaksana COVID-19 menjadi prioritas utama, maka Tim Wound Care yang tergabung dalam Asosiasi Perawatan Luka Indonesia – InWCCA dan WOCARE Center  segera bersepakat dan saling menyemangati untuk mengeluarkan protocol perawatan luka yang dapat digunakan oleh para praktisi perawatan luka diseluruh Indonesia dalam menangani kasus-kasus yang harus dihadapi. 

STRATEGI KEBIJAKAN – PRAKTIK KLINIK DAN PERAWATAN DI RUMAH. Safe practice during pandemic atau mengerjakan tindakan perawatan luka dengan aman selama situasi pandemi COVID-19 merupakan langkah antisipasi utama yang menjadi concern bagi para praktisi luka diseluruh dunia termasuk Indonesia. Standar operasional prosedur perawatan luka yang mengacu pada system standar penanganan COVID-19  di ruang praktik perawatan dan penanganan perawatan luka di rumah menjadi protocol utama yang diinformasikan dan segera dipatuhi oleh seluruh praktisi. Keputusan bersama untuk penggunaan alat standar perlindungan diri level 3 (tiga) berdasarkan pada evidence base kegiatan pelaksanaan praktik yang mengharuskan para perawat luka menghadapi cairan tubuh. 

SALING MENYEMANGATI. Cemas dan stress merupakan faktor yang dapat menurunkan imunitas tubuh dengan segera dan tentu saja dapat beresiko paling cepat untuk terpapar oleh COVID-19. Bagaimanapun perawat adalah manusia biasa yang juga memiliki rasa takut akan terpapar serta terinfeksi COVID-19, terlebih mereka juga melihat dan mendengar berita tentang hebatnya virus (untuk sementara ini) menaklukkan dunia. Banyaknya berita yang mengunggah kematian dan krisis multidimensi lebih dominan dibandingkan dukungan moril untuk tenaga kesehatan selain bantuan alat pelindung diri. Belum lagi berita tentang penolakan pemakaman perawat yang meningggal akibat COVID-19 di daerah Kabupaten Semarang menambah kegalauan tersendiri.

Jika di Eropa dan Amerika, tenaga medis mendapatkan tepuk tangan dari masyarakat tanda dukungan saat berangkat kerja maupun saat menjalankan tugasnya, mungkin tidak harus demikian di Indonesia yang berbeda budaya. Setidaknya yang bisa dilakukan adalah saling memberikan sapaan penyemangat tiap hari baik secara personal maupun grup, memberikan dukungan logistik untuk imunitas fisik, dan membanjiri pesan-pesan moral di media social untuk mengimbangi berita dan status yang membuat sampah di pikiran. 

Bahkan dapat menjadi contoh di Belanda, di beberapa sudut halte bis terpampang cuplikan ayat suci Al Quran Surat Al Maidah ayat 32 yang berbunyi : “Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.”  Pemasangan tulisan tersebut dimaksudkan sebagai dukungan untuk para tenaga medis di Belanda dalam menjalankan tugasnya saat ini. Ayat ini sangat jelas dan dahsyat  memberikan support yang luar biasa bagi perawat dan tenaga kesehatan yang lain untuk memberikan pelayanan bagi pasien-pasiennya. 

BERTUKAR INFORMASI DAN EDUKASI. Keputusan – keputusan bersama melalui teleconference menjadi kegiatan penyemangat bagi para praktisi sehari-hari. Pengadaan alat perlindungan diri secara lengkap dan jenis bahan balutan menjadi trending topic diskusi yang hangat. Hal ini penting sekali untuk keberlangsungan dalam melakukan tindakan perawatan luka. Berkurangnya aktifitas para produsen bahan balutan luka menyebabkan para praktisi  berupaya melakukan penyimpanan lebih di gudang. Tentu saja dengan segala keterbatasan dalam penanganan tidak menjadi sebab terhentinya pelayanan di masyarakat, namun dengan adanya diskusi bersama – saling bertukar informasi dan edukasi, maka hal ini dirasakan dapat saling membantu. 

MENJADI PARTNER SOLUSI. Pandemi COVID-19 terjadi bukan untuk disesali, namun merupakan cara hebat untuk kita lebih memperhatikan keselamatan bagi pasien dan diri sendiri saat melakukan tindakan; memberikan impact luas menjadi educator untuk masyarakat sekitar tentang pentingnya social distancing, cuci tangan dan penggunaan masker; serta ikut membantu pemerintah dalam upaya penyediaan alat pelindung diri untuk tenaga kesehatan. Begitu banyak upaya yang kita lihat dan dengar serta keinginan untuk saling dukung dan gotong royong sesama masyarakat untuk bisa bersama – sama melewati cobaan ini. 

Acknowledgment.

Rasa terimakasih yang tak terhingga untuk para pejuang-pejuang COVID-19 diseluruh tanah air. Yang terhormat President InWCCA (Indonesian Wound Care Clinician Association)- Edy Mulyadi dan seluruh pengurus ; Yayasan WOCARE Indonesia/WOCARE Corporate university - Devy Sahputra dan team serta sahabat CEO Praktek Mandiri Keperawatan di seluruh tanah air. Tak lupa kepada rekan-rekan sejawat di program magister dan doctoral UPH (Anna Grace Maria) – Universitas Pelita Harapan, atas semua sumbangsihnya untuk kami tetap merawat dengan cinta, semoga pandemi COVID-19 ini akan membawa kita kepada pembelajaran yang berharga.