logo

Kisah Inspiratif Perawat: Berawal Dari CWCCA Hingga Memiliki Yayasan

Kisah Inspiratif Perawat: Berawal Dari CWCCA Hingga Memiliki Yayasan

Kisah Inspiratif Perawat: Berawal Dari CWCCA Hingga Memiliki Yayasan

Berawal dari ketertarikannya di bidang keperawatan, I Made Aditiasthana mengikuti program CWCCA (Certified Wound Care Clinician Associate) di Wocare Center, merupakan program perawatan luka akut maupun kronis yang sudah terakreditasi Kementerian Kesehatan. Pada pelatihan tersebut, materi yang diberikan mengenai perawatan luka seperti anatomi fisiologi dasar dan proses penyembuhan luka, pengkajian luka, persiapan dasar luka, pemilihan balutan, perawatan luka kronis (luka diabetes, luka pressure ulcer, dan luka kanker), dan perawatan luka akut seperti luka operasi. 

Pelatihan CWCCA mengembangkan kualitas perawatan luka baik di puskesmas, rumah sakit, dan praktik mandiri, selain itu guna menyelamatkan pasien dengan permasalahan amputasi, karena kegiatan ini merupakan bagian dari kampanye Stop Amputasi.

Dari program tersebutlah, I Made Aditiasthana mengembangkan ilmunya menjadi praktik mandiri perawatan luka. Pasien pertama yang datang adalah pasien luka diabetes.

(I Made Aditiasthana bersama Ns. Kana Fajar)

“Pasien saya yang pertama hanya mampu membayar 50.000. seiring waktu karena pasien pertama yang saya temukan adalah orang tidak mampu, di tahun 2016 saya memutuskan merawat pasien dengan luka diabetes tanpa tarif” ujar I Made kepada Ns. Kana Fajar di Wocare Vlog.

Selama itu, banyak pasien yang datang ke rumah I Made untuk perawatan luka dan tidak dikenakan tarif, hanya bayar seikhlasnya bahkan gratis. Tahun demi tahun, ternyata permasalahan luka tidak sampai disitu saja, I made mulai mendapati pasien yang sudah diamputasi akibat luka diabetes.

 

“Sekitar 15-20% pasien luka diabetes di daerah saya beresiko tinggi untuk diamputasi kaki, saat sudah diamputasi itu kayaknya akhir dari segalanya bagi pasien kita. Sudah kepotong dan tidak bekerja”.

(Pande Made Beni Ariadi, pembuat kaki palsu)

Dari permasalah tersebutlah, I made bertemu dengan sahabatnya, Pande Made Beni Ariadi dan terbentuklah Yayasan Kaki Kita Senusantara pada 31 oktober 2019 tepatnya di Bali, dengan visi misi meringankan beban pasien diabetes yang mengalami amputasi kaki. 

 

“Dulu namanya Yayasan Kaki Kita Sukasada. Sukasada itu adalah sebuah kecamatan, tapi kita berpikiran bahwa program kami gak hanya se-kecamatan saja, maka dari itu kami ubah jadi senusantara dengan harapan tidak hanya di bali saja, tetapi programnya bisa dilakukan di seluruh nusantara, karena masalah amputasi dan luka diabetes ada dimana-mana”.

(Pemasangan kaki palsu kepada pasien amputasi)

 

Sudah lebih dari 1000 pasien dengan luka diabetes berhasil ditangani oleh Yayasan Kaki Kita Senusantara, sekitar 20-40% adalah pasien sosial yaitu pasien yang mendapatkan keringanan biaya. Lalu untuk pasien yang sudah amputasi berkisar 15-20%. YKKS juga sudah membantu 28 pasien amputasi dengan memberikan alat bantu jalan atau kaki palsu.

(Tim YKKS membantu pasien berjalan dengan kaki palsu)

 

Yayasan Kaki Kita Se-nusantara memiliki tiga program yaitu Perawatan Sosial untuk pasien luka diabetes, Pembuatan Kaki Palsu, dan Pemberdayaan Disabilitas yang berusia produktif dengan mempekerjakan mereka untuk membuat kaki palsu dari hasil daur ulang sampah plastik, salah satunya tutup botol. Selain harga yang terjangkau, tindakan tersebut menjadi inovasi dan solusi bagi permasalahan sampah yang meningkat. 

Tidak sampai disitu saja, YKKS memiliki unit usaha yaitu daur ulang sampah plastik dengan nama KarFa (Karya Difabel dan untuk Difabel). Tujuan tersebut untuk pemberdayaan disabilitas yang saat ini sudah mempekerjakan sebanyak 12 orang dan 4 diantaranya adalah disabilitas, serta keuntungan sebesar 25% didonasikan untuk program YKKS.

Gerakan kebaikan yang penuh inovasi berjalan berdampingan dengan harapan. Yayasan tersebut berharap dapat bekerja sama dengan para dokter bedah untuk membantu serta memberi dukungan kepada pasien amputasi

“Yayasan ini semakin besar apalagi bisa bekerja sama dengan dokter bedah di program kaki palsu, ketika ada pasien amputasi bisa kami bantu secara psikis juga bahwa kami punya yayasan kaki palsu.” Ujar I made kepada Wocare Vlog. 

 

 

Penulis: Jesica Tamara, S.I.Kom

 

Penyunting: Khairul Bahri